Jumat, 22 Juni 2012

Budaya Organisasi

Menurut Nawawi (2003), hubungan budaya dengan budaya organisasi, bahwa "budaya organisasi adalah suatu kepercayaan dan nilai-nilai yang menjadi falsafah utama yang dipegang teguh oleh anggota organisasi dalam menjalankan atau mengoperasionalkan kegiatan organisasi". Sedangkan Nawawi (2003) mengatakan "budaya organisasi adalah suatu sistem penyebaran keyakinan dan nilai-nilai yang dikembangkan di dalam suatu organisasi sebagai pedoman perilaku anggotanya".
Menurut Moorhead dan Ricky (1999), memberikan definisi budaya organisasi sebagai, "The set of values that helps the organization's employees understand which actions are considered acceptable and which unacceptable". Budaya organisasi merupakan kumpulan nilai-nilai yang membantu anggota organisasi memahami tindakan yang dapat diterima dan mana yang tidak dapat diterima dalam organisasi. Nilai-nilai tersebut biasanya dikomunikasikan melalui cerita-cerita atau simbol­simbol lain yang mempunyai arti tertentu bagi organisasi.
Dari definisi budaya organisasi yang telah dikemukakan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa budaya perusahaan adalah sistem nilai-nilai yang diyakini oleh  
semua anggota perusahaan dan yang dipelajari, diterapkan, serta dikembangkan secara berkesinambungan, berfungsi sebagai sistem perekat, dan dapat dijadikan acuan berperilaku dalam perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.
Menurut Robbin (1997) budaya organisasi kuat adalah budaya di mana nilai­nilai inti organisasi dipegang secara intensif dan dianut bersama secara meluas anggota organisasi. Faktor-faktor yang menentukan kekuatan budaya organisasi adalah kebersamaan dan intensitas.
Robin (1997) mengemukakan ciri-ciri budaya kuat:
1. Ciri-ciri Budaya Kuat:
a.       Anggota-anggota organisasi loyal kepada organisasi.
b.      Pedoman bertingkah laku bagi orang-orang di dalam perusahaan digariskan dengan jelas, dimengerti, dipatuhi dan dilaksanakan oleh orang-orang di dalam perusahaan sehingga orang-orang yang bekerja menjadi sangat kohesif.
c.       Nilai-nilai yang dianut organisasi tidak hanya berhenti pada slogan, tetapi dihayati dan dinyatakan dalam tingkah laku sehari-hari secara konsisten oleh orang-orang yang bekerja dalam perusahaan.
d.      Organisasi memberikan tempat khusus kepada pahlawan-pahlawan organisasi dan secara sistematis menciptakan bermacam-macam tingkat pahlawan.
Dijumpai banyak ritual, mulai dari ritual sederhana hingga yang mewah.
f. Memiliki jaringan kultur yang menampung cerita-cerita kehebatan para pahlawannya.
2. Ciri-ciri Budaya Organisasi Lemah:
a.       Mudah terbentuk kelompok-kelompok yang bertentangan satu sama lain.
b.      Kesetiaan kepada kelompok melebihi kesetiaan kepada organisasi.
c.       Anggota organisasi tidak segan-segan mengorbankan kepentingan organisasi untuk kepentingan kelompok atau kepentingan diri sendiri.
Langkah-langkah Kegiatan untuk Memperkuat Budaya Organisasi:
1.      Memantapkan nilai-nilai dasar budaya organisasi.
2.      Melakukan pembinaan terhadap anggota organisasi.
3.      Memberikan contoh atau teladan.
4.      Membuat acara-acara rutinitas.
5.      Memberikan penilaian dan penghargaan.
6.      Tanggap terhadap masalah eksternal dan internal.
7.      Koordinasi dan kontrol.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa budaya organisasi merupakan determinan terhadap kinerja organisasi sektor publik (Brewer dan Selden, 2000). Diasumsikan bahwa instrumen manajemen akan dapat digunakan secara efektif dalam organisasi yang berorientasi hasil dan customer, dibanding organisasi yang budaya tersebut tidak dominan. Pada organisasi dengan budaya yang berorientasi birokrasi dan aturan, instrumen manajemen akan kurang efektif digunakan.